LAPORAN PERJALANAN
“MONUMEN LUBANG BUAYA ”
DISUSUN OLEH:
1. Jascha Dipa Pranata (13516677)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2016
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara yang syarat akan
sejarah. Sejarah adalah suatu peristiwa yang pernah terlewatkan dan tak akan
pernah terulang kembali. Peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak
dapat di ulang. Peristiwa sejarah juga tidak pernah bisa di ubah.
Peristiwa sejarah yang ada di
Indonesia selalu di ingat oleh masyarakat bahkan selalu di wariskan turun
temurun hingga kini agar peristiwa tersebut tidak hilang. Salah satu bentuk
pelestarian sejarah tersebut adalah dengan didirikanya sebuah musium atau
monumen.
Monumen
Pancasila Sakti adalah salah satu bentuk monumen yang didirikan untuk mengenang
peristiwa G 30 S PKI. Oleh karena itu, untuk mempelajari sebuah sejarah dan
melestarikanya kami melakukan perjalanan karya wisata ke Monumen pancasila.
Lebih tepatnya ke musium lubang buaya.
LAPORAN PERJALANAN
Monumen Pancasila Sakti
Monumen
Pancasila Sakti dibangun di atas lahan bekas peristiwa G30S-PKI, atas prakarsa
Presiden ke-2 RI, Soeharto. Monumen ini dibangun untuk mengingat perjuangan
para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik
Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis. Ideologi komunis terutama
dibawah pengaruh Partai Komunis Indonesia yang pada era tahun 60-an memiliki
kekuatan yang cukup besar karena memiliki pemilih yang banyak pada pemilu.
Monumen yang
berada di area seluas 14,3 hektar ini diresmikan Presiden Soeharto pada Agustus
1973, bertepatan dengan peringhati Hari Kesaktian Pancasila. Tiga tahun
kemudian, berdasar Surat Keputusan Menpangad No. KEP.977/9/1996 tanggak 17
September 1966, setiap tahun dimulai tradisi memperingati Hari Peringatan
Kesaktian Pancasila. Dan akhirnya, pada 1980, Pusjarah TNI, atau dulu Pusjarah
ABRI, mendapat mandat menjadi pengelola Monumen Pancasila Sakti berdasarkan
Kepres No. 51/1980.
Monumen ini
terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah
selatan tempat ini terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap,
berbatasan di sebelah utara adalah Bandar Udara Halim Perdanakusuma, yang pada
saat peristiwa G30S-PKI menjadi pusat kekuatan PKI, sedangkan sebelah timur
adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah.
Sebelum
menjadi sebuah monumen dan museum, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong
yang dijadikan sebagai pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia.
Kemudian, tempat itu dijadikan sebagai tempat penyiksaan dan pembuangan mayat
para korban Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Di kawasan kebun kosong itu
terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang digunakan untuk membuang
jenazah para korban G30S/PKI. Sumur tua itu berdiameter 75 cm.
Latar
Belakang Dibangunnya Monumen Dan Peristiwa G30S-PKI
Sejarah
Dibangunnya Monumen Pancasila Sakti
Monumen ini
dibangun di atas lahan seluas 9 Hektar, atas prakarsa Presiden ke-2 RI,
Soeharto. Dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang
berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari
ancaman ideologi komunis.
Monumen ini
terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah
selatan terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah
utara adalah Bandar Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah timur adalah
Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah.
Sebelum
menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong
yang dijadikan sebagai tempat pembuangan terakhir para korban Gerakan 30
September 1965 (G30S).
Di kawasan
kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang
digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S. Sumur tua itu berdiameter 75
Cm.
Monumen
Pancasila Sakti
Monumen
Pancasila Sakti berbentuk setengah lingkaran yang diatasnya berdiri 7 patung
Jenderal pahlawan revolusi yang salah satu menunjuk ke arah sumur di depan
monumen. Yang menjadi latar belakang adalah sebuah dinding besar, yang di sisi
atasnya terdapat patung garuda pancasila. Terdapat pula relief yang
menceritakan tentang peristiwa gerakan 30 september PKI.
Relief
menceritakan mulai dari kekejaman PKI dalam menyiksa para Jenderal, lalu
menimbun mayat ke dalam sumur. PKI juga digambarkan melakukan kekejaman kepada
rakya Indonesia. Kemudian relief menceritakan bagaimana TNI menumpas gerakan
PKI di bawah komando Pangkostrad Soeharto. PKI digambarkan telah kalah kepada
pasukan TNI.
Terdapat
Pesan dalam relief yang berbunyai, “Waspada ...... dan mawas diri agar
peristiwasematjam ini tidak terulang lagi.” Pesan ini ditujukan kepada seluruh
masyarakat indonesia, agar di kemudian hari peristiwa pemberontakan PKI tidak
terjadi lagi. Bersama pesan disematkan gambaran mengenai peristiwa penyiksaan
Para Jenderal AD di Lubang Buaya.
Dan relief
berakhir dengan menunjukkan sosok seorang Soeharto. Soeharto dalam relief,
digambarkan sebagai sosok penyelamat yang menyelamatkan rakyat dari kebiadaban
PKI. Di depan munumen terdapat semacam pelataran atau altar yang biasa
digunakan pengunjung monumen untuk mengabadikan gambar di depan monumen.
Sumur Maut
Terletak
persis di depan monumen adalah sumur lubang buaya. Sumur yang digunakan untuk
membuang mayat para Jenderal. Sumur ini berdiameter 75 cm dan memiliki
kedalaman sekitar 12 meter. Di kiri kanan sumur terdapat pagar yang membatasi
pengunjung untuk menghindarkan pengunjung untuk membuang seseuatu ke dalam
sumur. Di sebelah sumur juga terdapat semacam prasasti kecil yang menjelaskan
tentang sumur maut ini.
Keberadaan
sumur ini pada saat terjadi peristiwa 30 September sebenarnya sangat misterius.
Sebab keberadaan sumur tidak diketahui karena PKI menghapus jejak dengan
membuat puluhan sumur yang serupa. Sumur lubang buaya yang asli pada saat
peristiwa 30 Semptember ditimbun dengan tanah dan sampah, kemudian di atasnya
dijadikan jalan yang digunakan untuk lalu lalang kendaraan. Itulah yang membuat
keberadaan sumur ini tidak diketahui.
Yang
mengetahui letak sumur ini adalah seorang petugas kepolisian yang pada saat
peristiwa 30 semtember sempat berkeliling di kompleks lubang buaya. Tanpa
diketahui oleh pasukan PKI petugas kepolisian ini menyaksikan perbuatan kejam
PKI ini. Benda-benda kepunyaan petugas kepolisian ini masih tersimpan di ruang
paseban. Diantaranya sepeda yang digunakan untk berkeliling dan senjata api
serta pentungan dari kayu.
Rumah Tempat Penyiksaan
Persis di
samping sumur lubang buaya terdapat rumah tempat penyiksaan para Jenderal.
Rumah ini dulunya merupakan rumah salah satu simpatisan PKI. Jenderal-jenderal
yang diculik oleh pasukan Cakrabirawa dan pasukan PKI ini ditawan di rumah
tersebut. Kemudian diinterogasi perihal isu resolusi dewan Jenderal yang
berencana untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Hingga akhirnya para Jenderal
ini dibunuh dan mayatnya dimasukkan ke dalam sumur yang digali tepat di samping
rumah tersebut.
Rumah yang
terdapat pada kompleks monumen pancasila saat ini merupakan rumah tiruan, rumah
asli sudah hancur saat penyerbuan TNI ke lubang buaya. Dalam rumah terdapat
diorama yang menggambarkan tentang penyiksaan yang terjadi pada malam 30
September 1965. Terdapat beberapa orang yang menginterogasi. Masing-masing
jenderal ditutup matanya kemudian disiksa. Dalam diorama, para Jenderal dibawa
hanya mengenakan baju tidur biasa dan ada yg berkain sarung
Museum Pengkhianatan PKI
Museum Pengkhianatan PKI
Musium ini
terletak sekitar 300 meter dari lokasi sumur lubang buaya. Museum ini berbentuk
menyerupai sebuah joglo besar. Museum Pengkhianatan PKI ini Berisi
diorama-diorama yang menggambarkan tentang peristiwa G30S PKI. Mulai dari awal
sampai akhir. Museum dengan 3 lantai ini merangkum semua gerak gerik PKI di
berbagai tempat. Rangkuman sebagian besar menggunakan diorama, sebagian lagi
menggunakan gaeri foto yang dipajang di ruangan terpisah.
Tapi
terdapat sedikit kejanggalan dalam museum ini. PKI digambarkan dengan begitu
buruk oleh museum. Pelabelan pengkhianat dicapkan kepada PKI secara menyeluruh,
bahkan hingga sampai pada simpatisan-simpatisan di daerah. Museum ini melupakan
beberapa jasa PKI yang tidak bisa dimunafikkan bahwa mereka juga ikut melawan
kapitalisme yang oleh Soekarno dilawan dengan gigih demi mencapai perekonomian
yang berdikari.
Selepas
museum pengkhianatan PKI, terdapat salah satu ruang yakni ruang paseban. Ruang
ini menyimpan benda-benda peninggalan Jenderal yang terbunuh pada malam 30
September. Diantara benda kebanyakan pakaian atau seragam yang dipakai pada
waktu eksekusi. Banyak benda/pakaian yang dipamerkan masih memiliki noda darah.
Untuk memberi tahu bagi semua pengunjung bagaimana kondisi para perwira ABRI
ini pada saat peristiwa G30S-PKI.
Benda-benda
yang dipajang diantaranya baju seragam, senjata, peralatan memancing dan hobi
dari perwira-perwira lainnya. Juga terdapat beberapa benda seperti sepeda yang
digunakan oleh seorang polisi jaga yang pertama kali memergoki peristiwa
G30S-PKI. Semua benda tersimpan rapi di dalam sebuah lemari kaca yang besar.
Ruang Pamer
Terbuka
Selain
ruangan yang tertutup, Monumen Pncasila juga memiliki area pameran terbuka. Beberapa
benda yang memiliki peranan dalam peristiwa G30SPKI dipajang di beberapa tempat
di area di sekitar monumen. Salah satu yang dipamerkan misalnya kendaraan
angkut yang digunakan untuk mengangkut pasukan yang memberantas pemberontakan
PKI di Lubang Buaya. Juga Tank yang diletakkan di sisi jalan masuk menuju
kompleks Monumen.
Beberapa
benda yang dipajang merupakan benda benda yang berukuran besar yang sulit jika
harus dimasukkan ke dalam arena Museum. Selain kemdaraan tempur dan tank,
terdapat juga senjata berat seperti senjata artileri. Dari beberapa benda yang
terpajang hampir semuanya sudah tidak berfungsi.
Koleksi
Museum dan Monumen Pancasila Sakti
Berikut
beberapa contoh koleksi Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan
Komunis serta ruang pameran Paseban:
a.
Ruang Intro
Dalam ruang
terdapat 3 mozaik foto yang masing-masing menggambarkan:
- Kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri dalam pemberontakan Madiun.
- Penggalian jenazah korban keganasan PKI dalam Gerakan 30 September 1965
- Pengadilan gembong-gembong G.30.S/PKI oleh Mahkamah Militer Luar Biasa.
b. Diorama
- Peristiwa Tiga Daerah (4 November 1945)
Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia, kelompok komunis bawah tanah mulai memasuki
organisasi massa dan pemuda seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan
Angkatan Muda Repubilik Indonesia (AMRI). Dengan menggunakan organisasi massa,
orang-orang komunis memimpin aksi penggantian pejabat pemerintah di tiga
kabupaten Karesidenan Pekalongan yang meliputi Brebes, Tegal dan Pemalang.
·
Pemberontakan
PKI di Madiun ( 18 September 1948)
Pada saat
Pemerintah dan Angkatan Perang memusatkan perhatian untuk menghadapi Belanda,
PKI melakukan pengkhianatan yang didahului dengan kampanye menyerang politik
pemerintah, aksi teror, mengadu domba kekuatan bersenjata dan sabotase di
bidang ekonomi. Dini hari tanggal 18 September 1948 PKI mengadakan
pemberontakan di Madiun. Sejumlah tokoh militer, pejabat pemerintah dan tokoh
masyarakat dibunuh. Di gedung Karesidenan Madiun PKI mengumumkan bcrdirinya “Soviet
Republik Indonesia” dan pembentukan Pemerintah Front Nasional.
- Pembunuhan di Kawedanan Ngawen (Blora) (20 September 1948)
Pada tanggal
18 September 1948 Markas Kepolisian Distrik Ngawen (Blora) diserang oleh
pasukan PKI. Dua puluh empat orang anggota polisi itu ditahan dan tujuh orang
yang masih muda dipisahkan. Kemudian datang perintah dari Komandan Pasukan PKI
Blora agar mereka dihukum mati
- Peristiwa Tanjung Morawa (16 Maret 1953)
Pada tahun
1953 Pemerintah RI Karesidenan Sumatera Timur merencanakan untuk mencetak sawah
percontohan bekas perkebunan tembakau di desa Perdamaian, Tanjung Morawa. Akan
tetapi rencana itu ditentang oleh penggarap liar yang sudah menempati areal
tersebut. Pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal
tersebut dengan dikawal oleh sepasukan polisi. Ketika itulah massa tani yang
didalangi oleh Barisan Tani Indonesia (BTI) orma PKI, melakukan tindak brutal.
- Kampanye Budaya PKI (25 Maret 1963)
Tidak hanya
dibidang politik yang ingin dikuasai oleh PKI tetapi juga bidang Iain seperti
sastra dan budaya. Salah satu usaha yang dilaksanakan oleh Lembaga Kebudayaan
Rakyat (Lekra) bersama semua lembaga yang ada di bawahnya adalah memasukan
komunisme ke dalam seni dan sastra, mempolitikan budayawan dan mendiskreditkan
lawan. Pada tanggal 22 sampai 25 Maret 1963 diselenggarakan Konferensi Nasional
I Lembaga Sastra Indonesia di Medan.
- Rongrongan PKI terhadap ABRI (1964 -1965) .
Kampanye
anti ABRI, khususnya TNI-AD berlatar belakang pada kecemburuan PKI karena ABRI
berhasil membendung pengaruh PKI dikalangan rakyat. Berbagai macam cara
kampanye anti ABRI telah dilakukan PKI seperti tuduhan, isyu, provokasi, fitnah
politik, dan Iain-Iain. Sejak tahun 1964 PKI dengan “Ofensif Revolusionernya”
secara gencar menyerang ABRI seperti tuntutan pembubaran aparat teritorial dan
puncaknya isyu Dewan Jenderal 1965.
- Peristiwa Kanigoro (13 januari 1965)
Peristiwa
ini terjadi di Kecamatan Kras, Kedtri, tanggal 13 Januari 1965, dimana para
peserta Mental Training Pelajar Islam Indonesia Jawa Timur diserang oleh masssa
Pemuda Rakyat (PR) dan Barisan Tani Indonesia (BTI).
- Peristiwa Bandar Betsy (14 Mei 1965)
Untuk
menggagalkan rencana pemerintah di bidang landreform, PKI dan organisasi
massanya melancarkan aksi sepihak yakni menguasai secara tidak syah tanah
negara di beberapa tempat. Salah satu di antaranya di Perusahaan Perkebunan
Negara (PPN) Karet IX Bandar Betsi, Pematangan Siantar. Pada tanggal 14 Mei
1965, kurang lebih 200 anggota Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat
(PR), dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) menanami secara liar tanah
perkebunan karet tersebut.
- Pawai Ofensif Revolusioner PKI di Jakarta (23 Mei 1965)
Setelah
merasa dirinya kuat, PKI mulai melancarkan ofensif revolusioner yang bertujuan
untuk menggalang dan mempengaruhi massa agar berpihak kepadanya. Bentuk unjuk
kekuatan itu ialah aksi kekerasan. aksi terror tuntutan pembentukan Kabinet
Nasakom dan Angkatan Kelima dan sebagainya. Salah satu unjuk kekuatan itu ialah
penyelenggaraan rapat raksasa di Stadion Utama Senayan tanggal 23 Mei 1965
dalam rangka peringatan ulang tahun ke-45 PKI.
- Penyerbuan Gubernuran .lawa Timur (27 September 1965)
Salah satu
usaha mendiskreditkan aparatur pemerintah telah dilakukan PKI terhadap Gubernur
Jawa Timur. Dengan dalih akan menyampaikan resolusi tuntutan penurunan harga 9
bahan pokok..
Koleksi
Museum dan Monumen Pancasila Sakti
Didalam
Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti terdapat beberapa diorama sebagai
berikut:
- Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan
Pada bulan
September 1965 ketua CC PKI D.N Aidit memerintahkan Syam Kamaruzaman Pimpinan
Biro Khusus untuk menyusun suatu rencana pemberontakan. Syam mengadakan rapat
sebanyak 16 kali dengan Pono dan Waluyo anggota Pimpinan Biro Khusus Pusat,
Kepala Biro Khusus Daerah dan oknum-oknum ABRI yang sudah dibina PKI.
- Latihan Sukarelawan di Lubang Buaya 5 Juli – 30 September
Untuk
persiapan melancarkan pemberontakan, PKI mengadakan
latihan kemiliteran bagi para anggotanya. Dalih yang dipakai ialah
melatih para sukarelawan dalam rangka konfrontasi terhadap Malaysia. PKI
menuntut agar pemerintah membentuk Angkatan kelima dengan mempersenjatai buruh
dan tani. Anggota-anggota yang dilatih berjumlah kurang lebih 3700 orang
terdiri atas anggota-anggota Pemuda Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia
(Gerwani) dan organisasi massa PKI lainya di Lubang Buaya.
- Penculikan Men/Pangad Letjen TNI A. Yani (1 Oktober 1965)
Pukul 02.30
tanggal 1 Oktober 1965) pasukan penculik G.30.S/PKI sudah berkumpul di Lubang
Buaya. Pasukan dengan nama Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief. Pasukan
penculikan Men/Pangad Letjen TNI A. Yani memakai seragarn Cakrabirawa tiba
disasaran pukul 04.00 dan berhasil melucuti regu pengawal. Kemudian segera
membawa ke kawasan Lubang Buaya
- Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
Dini hari
tanggai 1 Oktober 1965 gerombolan G.30.S/PKI menculik 6 pejabat teras TNI AD
dan seorang perwira pertama. Di Lubang Buaya tubuh mereka dirusak dengan
benda-benda tumpul dan senjata tajam yan masih hidup disiksa satu demi satu
kemudian kepalanya ditembak. Sesudah disiksa para korban dilemparkan kedalam
sumur tua sempit. Penyiksaan dan pembunuhan itu dilakukan oleh anggota Pemuda
Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan ormas-ormas PKI lainnya.
- Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)
Panglima
Kostrad Mayjen TNI Seoharto rnengeluarkan perintah untuk segera mengamankan
Lapangan Udara Halim Perdanakusuma mengingat kekuatan G.30.S/PKI berpusat
dipangkalan tersebut.Pasukan yang akan melaksanakan tugas pengamanan terdiri
atas 1 Yon RPKAD, 1 Yon Para Kujang Siliwangi yang diperkuat 1 kompi panser.
Pasukan bergerak pukul 03.00 tanggal 2 Oktober 1965 dari Markas Kostrad menuju
Lapangan Udara Halim Perdanakusuma dari arah timur. Mereka tiba dilempat
sasaran pukul 06.00 pagi tanggal 2 Oktober 1965. Lapangan Halim Perdanakusuma
dijaga oleh Yon 454/Diponegoro yang diperalat G.30.S/PKI. Beberapa orang
anggota RPKAD berhasil menyusup sampai ketempat parkir pesawat-pesawat terbang,
sedang anggota lainya sudah berada didepan Yon 454. Dengan gerakan pendadakan,
maka pasukan RPKAD dan Kujang berhasil melumpuhkan pasukan Yon 454. Pukul 06.10
Halim berhasil dikuasai oleh RPKAD dan Yon Para Kujang dan gerakan selanjutnya
ialah menguasai Lubang Buaya.
- Pengangkatan Jenazah (4 Oktober 1965)
Setelah
menguasai Halim Perdanakusuma, pasukan RPKAD melanjutkan gerakan ke Lubang
Buaya. Setelah daerah iu diamankan, mulai melakukan pencarian jenazah
perwira-perwira TNI-AD yang diculik oleh gerombolan G.30.S/PKI. Sore hari
tanggal 3 Oktober 1965 diperolah pentunjuk dari anggota POLRI yang pernah
ditawan oleh gerombolan G.30.S/PKI. la memberitahu bahwa perwira-perwira
tersebut jenazahnya dikubur di sekitar tempat pelatihan musuh.
- Tindak Lanjut Pelarangan Partai Komunis Indonesia (26 Juni 1982)
Pada tanggal
12 Maret 1966, Partai Komunis Indonesia berikut semua organisasinya yang
seazaz/berlindung/bernaung dibawahnya, dibubarkan oleh Ketetapan MPRS No.
XXV/MPRS/I966. Untuk mengantisipasi munculnya bahaya laten komunis, berdasarkan
Intruksi Presiden No. 10 tahun 1982, Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib) berkerja sama dengan Lembaga Pertahanan Nasional
mengadakan Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas). Sejak tanggal 19
September 1991 Tarpadnas diikuti oleh wakil-wakil pemuda dari 27 Provinsi dan
berbagai organisasi massa pemuda.
- Foto Para Pahlawan Revolusi
Tujuh foto
pahlawan revolusi setengah badan dalam ukuran besar yaitu foto Letjen TNI
Ahtnad Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI M. T. Harjono, Mayjen TNI S.
Parman, Brigjen D.I. Pandjaitan, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo, dan Lettu
Pierre Andries Tendean.
- Ruang Relik
Ruang Relik
berisi barang-barang peninggalan para pahlawan revolusi terutama pakaian yang
dikenakan pada saat beliau gugur, petikan visum dokter, peluru yang diketemukan
dalam tubuhnya, tali pengikat dan lain-lain. Di ruangan ini disajikan pula
Aqualung (alat bantu pernafasan) dan sebuah radio lapangan yang pernah
digunakan Jenderal Soeharto pada waktu memimpin penumpasan G.30.S/PKI,
- Ruang Teater
Di ruangan
ini disajikan pertunjukan video cassette digital (VCD) yang berisi rekaman
bersejarah sekitar pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur tua Lubang
Buaya, pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Sidang Mahmillub serta
pengangkatan Jenderal Soeharto menjadi pejabat Presiden RI pada tanggal 12
Maret 1967. Masa putar VCD ini kurang lebih 30 menit.
- Ruang Pameran Foto
Ruang ini
menyajikan foto-foto pengangkatan dan pemakaman jenazah Pahlawan Revolusi ke
Taman Makam Pahlwan Kalibata Jakarta.
Rumah-Rumah
Bersejarah
- Rumah Diorama Penyiksaan
Menggambarkan
penyiksaan para korban yang masih dalam keadaan hidup. Mereka adalah Mayor
Jenderal TNI S. Parman, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo, dan Lettu Pierre
Andries Tendean.
- Rumah Pos Komando
Rumah ini
milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Pada waktu
meletusnya G.30.S/PKI tahun 1965, dipakai oleh pimpinan gerakan yaitu eks
Letkol Untung dalam rangka mempersiapkan penculikan terhadap 7 perwira TNI-AD.
- Dapur Umum
Rumah Dapur
Umum merupakan salah satu rumah bersejarah yang ada di lokasi Monumen Pancasila
Sakti Lubang Buaya. Rumah tersebut dilestarikan sebagai koleksi benda
bersejarah karena merupakan bagian dari sarana yang dipakai oleh PKI untuk
menunjang terlaksananya kegiatan penganiayaan dan pembunuhan terhadap 7 orang
perwira TNI AD dalam peristiwa G.30.S/PKI. Rumah yang statusnya milik ibu Amroh
itu dipakai oleh PKI sebagai tempat penyediaan sarana konsumsi gerombolan
G.30.S/PKI di Lubang Buaya.
- Mobil Dinas Pangkostrad Mayor Jenderal TNI Soeharto
Dengan
menggunakan Jeep Toyota Kanvas Nomor : 04-62957/44-01, Mayor Jenderal TNI
Soeharto segera bertindak untuk menumpas G.30.S/PKI, yang didalangi oleh eks
Letkol Untung dan tokoh PKI yang lain. Mayor Jenderal TNI Soeharto dari
rumahnya di jalan Agus Salim menuju Markas Kostrad menggunakan kendaraan dinas
Jeep Toyota Kanvas yang disetir oleh Pra Soewondo
- Truk Dodge
Perhatikan :
mobil plat merah = milik pemerintah
Mobil truk
yang digunakan oleh pemberontak G.30.S/PKI untuk membawa jenazah Brigjen TNI
D.I Pandjaitan, yang dipamerkan di lokasi Museum Pancasila Sakti (pameran
taman), adalah mobil truk Dodge tahun 1961 buatan Amerika Serikat dengan nomor
polisi B. 2982.L merupakan replika kendaraan jemputan P. N. Arta Yasa,
yang sekarang divisi cetak uang logam Perum Peruri. Kendaraan tersebut dirampas
oleh pemberontak G.30.S/PKI disekitar jalan Iskandar Syah daerah Blok. M,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
- Panser Saraceen
Kendaraan
yang dipakai untuk membawa jenazah adalah jenis panser. Panser dengan tipe PCMK
-2 Saraceen adalah sebuah kendaraan lapis baja yang berasaI dari Negara
Inggris. Kendaraan tersebut dipakai oleh Organik Batalyon Kaveleri 7 Kodam
V/Jaya. Pada tahun 1976 dipindahkan ke Batalyon Kaveleri 3 Kodam VIII/Brawijaya
dipakai untuk mendukung penugasan operasi militer di Timor Timur. Pada bulan
Juli 1985 ditarik dari penugasan di Timor Timur untuk diabadikan di Monumen
Pancasila Sakti.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1.
Monumen Pancasila adalah salah satu bukti sejarah akan peristiwa yang ada,
yang berguna untuk mengenang kejadian dimasa lalu
2.
Dengan adanya Monumen Pancasila Sakti diharapkan generasi muda agar
mengetahui dan memahami Peristiwa sejarah yang ada.
3.
Monumen Pancasila Sakti adalah tempat yang baik untuk pengamatan dan
penelitian.
4.
Dengan berdirinya Monumen Pancasila Sakti merupakan salah satu Obyek
sejarah di Indonesia.
5.
Sejarah suatu daerah berarti pula sejarah seluruh bangsa Indonesia. Dengan
demikian kita harus memegang teguh semboyan bangsa Indonesia, yaituBhineka
Tunggal Ika yang diikuti sifat persatuannya.
Saran
1.
Kita harus dapat menjaga sejarah yang sangat tinggi nilainya karena sejarah
adalah cermin kekayaan bangsa.
2.
Kita harus dapat menjunjung tinggi nama baik bangsa dan Negara.
3.
Monumen Pancasila Sakti harus di jaga kelestariannya supaya tetap utuh
keasliannya.
4.
Kita harus mempelajari serta mengambil hikmah yang terdapat di Monumen
Pancasila Sakti.
5. Kita sebagai generasi
penerus harus dapat meneruskan cita-cita Bangsa